Well when you go
Don’t ever think I’ll make you try to stay
And maybe when you get back
I’ll be off to find another way
When after all this time that you still owe
You’re still, the good-for-nothing I don’t know
So take your gloves and get out
Better get out
While you can
When you go
Would you even turn to say
“I don’t love you
Like I did
Yesterday”
Sometimes I cry so hard from pleading
So sick and tired of all the needless beating
But baby when they knock you
Down and out
It’s where you oughta stay
And after all the blood that you still owe
Another dollar’s just another blow
So fix your eyes and get up
Better get up
While you can
Whoa, whooa
When you go
Would you even turn to say
“I don’t love you
Like I did
Yesterday”
Well come on, come on
When you go
Would you have the guts to say
“I don’t love you
Like I loved you
Yesterday”
I don’t love you
Like I loved you
Yesterday
I don’t love you
Like I loved you
Yesterday
Judul : I Don't Love You
Artis : MCR
Minggu, 20 Juli 2008
Sabtu, 05 Juli 2008
Asertif
Kasian banget nasib si Jomjom (sebut aja namanya gitu), seorang atlet tinju yang sangat mencintai pekerjaanya. Tiap hari selalu berlatih dan berlatih untuk satu tujuan, memenagkan kejuaraan tinju antar kampung (sebut juga begitu, gak usah tinggi2). Merupakan suatu kebanggan baginya bisa mewakili kampungnya dalam turnamen yang paling bergengsi. Dia gak nyia2in kepercayaan yang dah dikasih orang2 dengan memenangkan tiap pertandingan hingga akhirnya dia sampe di babak final.
Ini yang udah lama dia impiin, menjadi juara tinggal selangkah lagi, tapi kayak kesamber panas dihari yang mendung, dia langsung gak berdaya pas dia tau lawan yang akan dihadapinya di partai final nanti. Bukan karena lawannya itu serem, gede, besar, kuat, kejem ato apalah (ntar kalo gw tulisin semua, lw ketakutan lagih) lebih memprihatinkan dari itu, ternyata dia dapet lawan Wangwang yang merupakan sahabat karib dia waktu sekolah dulu. Gak berdaya…
Baginya, nusuk aja gak berani apalagi kalo harus sampe adu jotos (kayaknya kurang enak perumpamaannya). Baginya, ngelitikin si Wangwang aja gak sanggup apalagi kalo harus tanding di ring tinju, man to man (keterlaluan nih perumpamaannya). Dia dihadapi dengan suatu dilema. Dilema yang benar2 dilema, merah merekah (eh, ntu mah delima yeuh). Serba salah, berbagai macem solusi coba dia pikirin, tapi kayaknya memang gak ada solusi. Apa dia ngundurin diri aja, gak dateng pas final? Kalopun dia dateng, dia cuma dateng buat kalah, gak lebih dari itu dan dia juga gak berani mikir lebih dari itu. Merelakan gelar juara yang dah lama diimpiin. Trus buat apa dia latihan tiap hari, kerja keras banting keringet (hah?) gak laen dan gak bukan cuma buat menangin gelar enih kan? (Yaiya, namanya juga dilema, gak ngerti2 juga sih lw, tau arti dilema gak sih? – qo jadi gw yang sewot?).
Nah, menurut buku Menjadi Pembelajar Sukses, pemecahan solusi yang dilakukan sama si Jomjom ntu semuanya salah, karena dia cuma mikirin solusi penyelesaian masalah dengan berperilaku pasif, agresif, dan pasif – agresif yang gak tepat untuk menghadapi situasi dilemlatis kaya gini.
Gw belum ngasih tau apa ntu perilaku pasif, agresif, dan pasif-agresif yak? (dodol banget gw, pantesan lw keliatan ngangguk2 doank). Okay, mari kita bahas satu persatu, tapi sori ya, gw cuma ngutip aja dari bukunya, jadi bahasanya rada baku gitu dah.
Beberapa respon dapat muncul dalam keadaan dilematis yang dihadapi oleh Jomjom tersebut. Sebagian orang akan bersifat “diam” atau pasif. Ia tidak jujur terhadap apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dilakukannya. Sikap “diam” tersebut dimaksudkan untuk menyenangkan orang lain (You are OK) namun sikap ini cenderung kurang menghargai diri sendiri (I’m not OK). Pendekatan yang digunakan dalam menghadapi keadaan tersebut dinamakan win-loose solution.
Jujur bukan berarti kalah.
Bentuk respon lain yang sering muncul adalah dengan menyakiti orang lain atau bersikap “agresif”. Perilaku ini bersifat spontan, jujur dan tidak dibuat-buat. Namun perilaku agresif ini hanya akan memuaskan diri sendiri (I’m OK) tetapi kurang menghargai orang lain (You aren’t OK). Pendekatan yang digunakan dalam menghadapi keadaan dengan cara merugikan orang lain ini dinamakan loose-win solution.
Respon lain adalah “diam” ketika peristiwa itu berlangsung, tetapi dia membuat “gosip” atau tindakan di belakang peristiwa itu. Respon perilaku tersebut masuk kategori “pasif-agresif”, seperti yang banyak dijumpai di masyarakat kita. Upaya untuk menjaga harmoni dan menghindari konflik (You are OK) tampaknya tidak didasarkan atas rasa kepercayaan diri atau menghargai diri sendiri (I’m not OK). Pendekatan yang digunakan dalam menghadapi keadaan semacam ini adalah kebalikan pendekatan yang agresif dinamakan win-loose solution.
Terus gimana cara menghadapi situasi dilematis kaya gitu? Buruan donk kasih tau jawabannya (tenang saudara2, kita break dulu).
Nah, respon terhadap situasi dilematis yang lebih baik dari ketiga respon diatas adalah dengan berperilaku asertif (opo yo?).
Kata asertif berasal dari Bahasa Inggris (to assert) yang berarti tegas san terus terang. Maksudnya adalah kemampuan berperilaku tegas dan terus terang dalam menghadapi suatu situasi dilematis dan mengandung konflik.
Perilaku kita termasuk perilaku yang bersifat asertif atau tidak dapat dililhat dari ciri2 asertifitas berikut.
a. Jujur terhadap apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dilakukan yang tampak dalam ekspresi wajah yaitu berani menatap, tubuh tegap, dan tekanan suara tepat.
b. To the point dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
c. Terbuka untuk menghargai diri sendiri (I’m OK), di sisi lain, dalam mengekspresikan diri tidak merendahkan orang lain (You are OK).
d. Dalam menghadapi konflik digunakan pendekatan win-win solution.
Asertifitas mengajarkan kita utnuk bertindak secara jujur terhadap apa yang kita rasakan, pikirakan, dan lakukan. Kejujuran pada diri sendiri merupakan suatu upaya menerima kelebihan maupun kekurangannya. Pernahkan kamu mengetahui ada orang yang belum dapat menerima kerkurangannya dalam hal2 tertentu sehingga menarik diri dari pergaulan sosial? Sementara, ada juga orang yang menutupi kekurangannya dengan berpura2 seolah tidak memiliki kekurangan. Orang yang seperti ini telah berbuat tidak jujur, seperti layaknya orang yang menggunakan topeng. Sebagus apapun topeng, ia hanya berfungsi sebagai penutup. Dengan menggunakan topeng, seseorang bisa memiliki identitas baru yang berbeda dengan identitas aslinya. Bagaimana halnya jika topeng itu hilang? Bukankah akan terkuak identitas aslinya? Apakah kamu ingin seperti itu?
Kejujuran pada diri sendiri merupakan awal dari upaya berprilaku jujur pada orang lain. Ingatkah bahaimana kamu bersikap saat mengerahui temanmu berhasil dalam bidang tertentu? Kemudian apa yang kamu katakan ketika tidak setuju dengan pendapat teman?
Berilah penghargaan atas prestasi orang lain, tanpa merendahkan diri sendiri.
Ungkapkanlah perasaan tidak setuju tanpa merusak hubungan persahabatan.
Satu hal yang penting yang sangat diharapkan dalam mengungkapakan kejujuran adalah tidak menyakiti orang lain. Menyatakan kejujuran dengan sopan, sadar waktu, dan sadar situasi, akan sangat membantu tujuan ini. Dengan berperilaku jujur, kita akan terhindar dari berbagai pengaruh negatif yang timbul akibat kesalahpahaman dan konflik yang terjadi.
Demikian kutipan bukunya. Semoga bisa menjadi masukan yang baek buat kita semua. Amin…
Dikutip dari buku Menjadi Pembelajar Sukses
Penulis :
- Neila Ramdhani
- Avin Fadilla Helmi
- Sylvi Dewajani
- Dicky Hastjarjo
Editor :
- Cahyo Wulandari
- Deni Pranowo
- Hastanti Widy Nugroho
- Samsul Ma’arif M.
- Syahirul Alim
Ini yang udah lama dia impiin, menjadi juara tinggal selangkah lagi, tapi kayak kesamber panas dihari yang mendung, dia langsung gak berdaya pas dia tau lawan yang akan dihadapinya di partai final nanti. Bukan karena lawannya itu serem, gede, besar, kuat, kejem ato apalah (ntar kalo gw tulisin semua, lw ketakutan lagih) lebih memprihatinkan dari itu, ternyata dia dapet lawan Wangwang yang merupakan sahabat karib dia waktu sekolah dulu. Gak berdaya…
Baginya, nusuk aja gak berani apalagi kalo harus sampe adu jotos (kayaknya kurang enak perumpamaannya). Baginya, ngelitikin si Wangwang aja gak sanggup apalagi kalo harus tanding di ring tinju, man to man (keterlaluan nih perumpamaannya). Dia dihadapi dengan suatu dilema. Dilema yang benar2 dilema, merah merekah (eh, ntu mah delima yeuh). Serba salah, berbagai macem solusi coba dia pikirin, tapi kayaknya memang gak ada solusi. Apa dia ngundurin diri aja, gak dateng pas final? Kalopun dia dateng, dia cuma dateng buat kalah, gak lebih dari itu dan dia juga gak berani mikir lebih dari itu. Merelakan gelar juara yang dah lama diimpiin. Trus buat apa dia latihan tiap hari, kerja keras banting keringet (hah?) gak laen dan gak bukan cuma buat menangin gelar enih kan? (Yaiya, namanya juga dilema, gak ngerti2 juga sih lw, tau arti dilema gak sih? – qo jadi gw yang sewot?).
Nah, menurut buku Menjadi Pembelajar Sukses, pemecahan solusi yang dilakukan sama si Jomjom ntu semuanya salah, karena dia cuma mikirin solusi penyelesaian masalah dengan berperilaku pasif, agresif, dan pasif – agresif yang gak tepat untuk menghadapi situasi dilemlatis kaya gini.
Gw belum ngasih tau apa ntu perilaku pasif, agresif, dan pasif-agresif yak? (dodol banget gw, pantesan lw keliatan ngangguk2 doank). Okay, mari kita bahas satu persatu, tapi sori ya, gw cuma ngutip aja dari bukunya, jadi bahasanya rada baku gitu dah.
Beberapa respon dapat muncul dalam keadaan dilematis yang dihadapi oleh Jomjom tersebut. Sebagian orang akan bersifat “diam” atau pasif. Ia tidak jujur terhadap apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dilakukannya. Sikap “diam” tersebut dimaksudkan untuk menyenangkan orang lain (You are OK) namun sikap ini cenderung kurang menghargai diri sendiri (I’m not OK). Pendekatan yang digunakan dalam menghadapi keadaan tersebut dinamakan win-loose solution.
Jujur bukan berarti kalah.
Bentuk respon lain yang sering muncul adalah dengan menyakiti orang lain atau bersikap “agresif”. Perilaku ini bersifat spontan, jujur dan tidak dibuat-buat. Namun perilaku agresif ini hanya akan memuaskan diri sendiri (I’m OK) tetapi kurang menghargai orang lain (You aren’t OK). Pendekatan yang digunakan dalam menghadapi keadaan dengan cara merugikan orang lain ini dinamakan loose-win solution.
Respon lain adalah “diam” ketika peristiwa itu berlangsung, tetapi dia membuat “gosip” atau tindakan di belakang peristiwa itu. Respon perilaku tersebut masuk kategori “pasif-agresif”, seperti yang banyak dijumpai di masyarakat kita. Upaya untuk menjaga harmoni dan menghindari konflik (You are OK) tampaknya tidak didasarkan atas rasa kepercayaan diri atau menghargai diri sendiri (I’m not OK). Pendekatan yang digunakan dalam menghadapi keadaan semacam ini adalah kebalikan pendekatan yang agresif dinamakan win-loose solution.
Terus gimana cara menghadapi situasi dilematis kaya gitu? Buruan donk kasih tau jawabannya (tenang saudara2, kita break dulu).
Nah, respon terhadap situasi dilematis yang lebih baik dari ketiga respon diatas adalah dengan berperilaku asertif (opo yo?).
Kata asertif berasal dari Bahasa Inggris (to assert) yang berarti tegas san terus terang. Maksudnya adalah kemampuan berperilaku tegas dan terus terang dalam menghadapi suatu situasi dilematis dan mengandung konflik.
Perilaku kita termasuk perilaku yang bersifat asertif atau tidak dapat dililhat dari ciri2 asertifitas berikut.
a. Jujur terhadap apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dilakukan yang tampak dalam ekspresi wajah yaitu berani menatap, tubuh tegap, dan tekanan suara tepat.
b. To the point dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
c. Terbuka untuk menghargai diri sendiri (I’m OK), di sisi lain, dalam mengekspresikan diri tidak merendahkan orang lain (You are OK).
d. Dalam menghadapi konflik digunakan pendekatan win-win solution.
Asertifitas mengajarkan kita utnuk bertindak secara jujur terhadap apa yang kita rasakan, pikirakan, dan lakukan. Kejujuran pada diri sendiri merupakan suatu upaya menerima kelebihan maupun kekurangannya. Pernahkan kamu mengetahui ada orang yang belum dapat menerima kerkurangannya dalam hal2 tertentu sehingga menarik diri dari pergaulan sosial? Sementara, ada juga orang yang menutupi kekurangannya dengan berpura2 seolah tidak memiliki kekurangan. Orang yang seperti ini telah berbuat tidak jujur, seperti layaknya orang yang menggunakan topeng. Sebagus apapun topeng, ia hanya berfungsi sebagai penutup. Dengan menggunakan topeng, seseorang bisa memiliki identitas baru yang berbeda dengan identitas aslinya. Bagaimana halnya jika topeng itu hilang? Bukankah akan terkuak identitas aslinya? Apakah kamu ingin seperti itu?
Kejujuran pada diri sendiri merupakan awal dari upaya berprilaku jujur pada orang lain. Ingatkah bahaimana kamu bersikap saat mengerahui temanmu berhasil dalam bidang tertentu? Kemudian apa yang kamu katakan ketika tidak setuju dengan pendapat teman?
Berilah penghargaan atas prestasi orang lain, tanpa merendahkan diri sendiri.
Ungkapkanlah perasaan tidak setuju tanpa merusak hubungan persahabatan.
Satu hal yang penting yang sangat diharapkan dalam mengungkapakan kejujuran adalah tidak menyakiti orang lain. Menyatakan kejujuran dengan sopan, sadar waktu, dan sadar situasi, akan sangat membantu tujuan ini. Dengan berperilaku jujur, kita akan terhindar dari berbagai pengaruh negatif yang timbul akibat kesalahpahaman dan konflik yang terjadi.
Demikian kutipan bukunya. Semoga bisa menjadi masukan yang baek buat kita semua. Amin…
Dikutip dari buku Menjadi Pembelajar Sukses
Penulis :
- Neila Ramdhani
- Avin Fadilla Helmi
- Sylvi Dewajani
- Dicky Hastjarjo
Editor :
- Cahyo Wulandari
- Deni Pranowo
- Hastanti Widy Nugroho
- Samsul Ma’arif M.
- Syahirul Alim
Langganan:
Komentar (Atom)